Kamis, 07 Januari 2016

Kelompok 9 - Sosialisasi MEA - (Tika, Citra, & Mardiana)





Kesiapan Masyarakat dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)


 Anggota Kelompok :
 1. L. Idelia Kartika Sari (1302045075)
2. Lamtinur Citra Sitanggang (1302045129)
3. Mardiana (1302045086)






MEAmerupakan bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam bentuk sistem perdagangan bebas antara Negara-negara Asia Tenggara. Perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC)telah disepakatiIndonesiabesertasembilan negara anggota ASEAN lainnya.  Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), secara khusus, bertujuan untukmencapai pasar ekonomi tunggal kompetitif, yang memiliki pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan modal secara bebas.


Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal danmembuat ASEAN menjadilebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah baru yang memperkuat inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil; sertamemperkuat mekanismekelembagaan ASEAN.
Program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlangsung ini  tentu diharapkan dapat mengintegrasi masyarakat di Kawasan Asia Tenggara sebagaimana halnya di UniEropa . Dan melihat dari substansi yang diusungnya, MEA memiliki beberapa kelebihan dan tantangan yang penting untuk diketahui. Kelebihan dan tantangan tersebut yaitu:


1.      Kelebihan MEA

Berangkat dari krisis yang pernah terjadi di tahun 1997 dan 2009, integrasi ekonomi MEA diharapkan dapat membawa perubahan   ASEAN dan menjadi solusi atas krisis yang pernah terjadi dikawasan Asia Tenggara. Selain itu, kawasan Asia Tenggara juga berpotensi besar menjadi pasar dunia dilihat dari letaknya yang strategis dan potensi yang setiap Negaranya miliki. Disinilah peran MEA sangat menentukan. Negara-negara anggota ASEAN harus menyadari potensi ini, dan memanfaatkan program MEA dengan baik guna memajukan kawasan Asia Tenggara, khususnya memajukan perekonomian domestik di Negara masing-masing.


2.      Tantangan menghadapi MEA

Di samping kelebihannya, program MEA juga  memiliki beberapa tantangan atau kendala yang masih harus dibenahi. Setiap Negara anggota ASEAN tentu memiliki tantangannya tersendiri. Dan bagi Indonesia, tantangan yang dihadapi dalam menyongsong MEA antara lain:

a.       Kondisi Infrastuktur yang masih belum baik
b.      Tentang kepastian hukum seperti ada UU yang masih tumpang tindih
c.       Masalah ineffisien birokrasi
d.      kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai ASEAN yang masih sangat terbatas.


Dari tantangan di atas, Pemerintah dan masyarakat Indonesiasudah seharusnya bekerjasama mengatasi hal ini. Indonesiasebagai Negara terbesar dengan penduduk terpadat di Asia Tenggara harus memanfaatkan potensi yang dimilikinya dalam menghadapi MEA agar tidak terbawa arus pasar bebas yang justru merugikan.


Kerjasama antara Pemerintah dan masyarakat dalam menyongsong MEA saat ini masih sangat minim. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi yang dilakukan guna mengenalkan MEA pada masyarakat luas. Untuk itu, sebagai Mahasiswa penstudi Hubungan Internasional yang mempelajari Kawasan Asia Tenggara dan program MEA ini, kami merasa wajib untuk ikut mensosialisasikan program MEA kepada masyarakat, khususnya masyarakat ekonomi bawah, guna membantu mereka mengetahui seperti apa Masyarakat Ekonomi ASEAN dan diharapkan mereka dapat memanfaatkan momentum MEA ini dengan baik. 


Sosialisasi Mea Kepada Kalangan Grass Root

Sosialisasi dilakukan oleh mahasiswa kelas HI B 2013 yaitu Lamtinur Citra Lestari Sitanggang, L. Idelia Kaetika Sari, Mardiana kepada beberapa masyarakat dari golongan grassroot (masyarakat kalangan bawah). Sosialisasi  dan wawancara ini dilakukan dalam rangka mengetahui sejauh mana masyarakat mengerti akan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan direalisasikan di akhir 2015,sekaligus melihat bagaimana kesiapan masyarakat Indonesiakhusunya masyrakat dari Golongan grass root .


Hasil yang  kami dapatkan adalah bahwa masyarakat dari golongan grass root sangat jarang mengetahui tentang MEA dan cenderung tidak mau tahu. Narasumber kami  misalnya Bapak Jusuf (40 ) Penjual  bubur ayam  keliling  dan Jhon seorang (20) seorang penjual soto sekaligus bubur ayam bahkan tidak tahu dan belum pernah mendengarkan istilah MEA, dan tampak tidak antusias ketika kami mencoba menjelaskan  tentang pengertian MEA masalahnya dan tantangan MEA. Tetapi ada pula narasumber yang sudah pernah mendengar tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN, tetapi belum mengerti akan hal itu,salah satunya adalah  Bapak udin  (67) yang bekerja sebagai penjahit sepatu. Beliau  mengatakan belum mengerti akan bagaimana nantinya MEA  itu dijalankan, namun mereka sudah mengetahui bahwa MEA ini adalah bagian dari perdagangan bebas yang menurutnya sudah menjadi wacana sejak lama. Mereka juga cukup tertarik ketika kita mencoba menjelaskan tentang MEA, dan banyak bertanya tentang masalah-masalah MEA. Narasumber lainnya adalah Siska (19)  bekerja sebagai penjual es. Siska pernah mendengar tentang MEA namun tidak cukup mengerti akan MEA.


Hal yang kemudian kami temui adalah keterkejutan para narasumber ketika mengetahui bahwa Masyarakat ekonomi asean sudah akan berlangsung di akhir Desember 2015, bahkan salah satu narasumber sempat mengutarakan kekesalannya dengan mengatakan “wah begitu ya mbak , ini apakah pekerjaan Jokowi?” Dan kitapun menjelaskan bahwa MEA sudah digadang-gadang sejak lama, sejak masa sebelum pemerintahan Presiden Jokowi.


Ketika kita bertanya tentang kesiapan para narasumber dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN, kebanyakan dari narasumber mengaku pasrah, hal ini diperkuat dengan ungkapan mereka  seperti “ ya udah toh mba, terserah pemerintah saja, kalo rejeki nggak kemana kok.” 
 

Dari wawancara ini, kami menarik kesimpulan bahwa : 


Masyarakat Indonesiabelum terlalu megerti kan adanya MEA di kawasan ASEAN termasuk Indonesiadan cenderung acuh dan tidak mau tahu. Hal ini membuat kami kurang optimis, akan prospek MEA terhadap pengembangan Ekonomi indonesia, khususnya untuk kalangan gras root. Hal ini juga mempengaruhi bagaimana peran ASEAN dalam mewujudkan tujuan ASEAN “prospherity/ kesejahteraan. Mungkin hal ini hanya akan dirasakan oleh kalangan elit yang mengerti dan mampu bersaing dalam Kancah MEA namun tidak untuk kalangan grass root  di indonesia. Hal inilah yang menjadi PR kita bersama, baik pemerintah, mahasiswa khususnya mahasiswa Hubungan Internasional agar seiring berjalannya waktu, Indonesia tidak peduli dari golongan manapun, mampu menyikapi MEA dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar